Selasa, 22 Mei 2018

Perkembangan Pariwisata Yogyakarta - Part 1


DIY adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi, satu dari 26 daerah Tingkat I yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta, sebuah kota yang kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa). Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram.
Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potenssi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam. Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari 26 propinsi (dulunya 27 propinsi sebelum Timor Timur keluar dari negara kesatuan Indonesia) di Yogyakarta.
Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia. Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kota Jogja di Indonesia menjadi salah satu destinasi favorite kunjungan wisata. Dan sebelum anda berlibur dan berkeliling menikmati tempat wisata yang populer di kota Jogja ini, ada baiknya mengenal terlebih dahulu beberapa hal yang menjadi faktor identik pusatnya budaya Jawa ini.
Adapun beberapa hal yang menjadi karakteristik kota Yogyakarta, yaitu
  1. Pusat kerajaan Jawa yang masih eksis hingga sekarang. Yogya memiliki obyek wisata Keraton yang bukan merupakan peninggalan, tetapi memang masih memerintah wilayah tersebut hingga sekarang. Makanya wilayah ini disebut “Daerah Istimewa”.
  2. Merupakan kota pelajar. Jogja sering disebut juga sebagai kota seribu kampus, karena banyaknya universitas dan sekolah tinggi lainnya.
  3. Memiliki banyak sebutan. Ada yang menyebutnya: Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta. Sangat jarang di Indonesia ada sebuah kota yang sebutannya banyak dan semuanya sering digunakan.
  4. Memiliki nama jalan yang terkenal yaitu Jalan Malioboro. Baik turis asing maupun domestik yang pernah berkunjung ke kota ini, pasti ada saatnya melintasi jalan ini.




Penulis : Intan Pratiwi
Penyunting : Rita Santoso 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar